Aku Akan Terus Berjuang





Hari-hari yang mendebarkan akhirnya usai. Tepatnya subuh ini Aku diberi kabar yang telah lama Aku tunggu. Setelah membuka mata Aku bergegas bangkit dari kasur menuju meja TV. Disana tergeletak HP Nokia kesayanganku. Tanpa banyak basa-basi Aku langsung mengecek email. Benar saja ada satu email yang masuk. Jantungku mulai berdebar. Aku buka email itu dan kubaca.




Begitulah bunyinya. Aku tercenung. Sekujur tubuhku lunglai. Kusandarkan badanku ke dinding kemudian Aku baca kembali email itu. Kalau-kalau mataku salah tangkap di email itu. Tapi apa hendak dikata isinya memang betul-betul begitu. Mataku tidak silap.


Dengan tubuh yang masih lemas aku berdiri. Kuletakkan HPku kembali ke tempatnya semula dan bergegas ke kamar mandi. Sholat subuhku mendadak lebih khusyuk dari biasanya.

Hari itu hari Minggu. Seperti orang makan gaji lainnya aku tidak masuk kerja. Untunglah. Aku tidak perlu memaksa diri bermanis-manis muka di hadapan teman-teman kerja padahal hatiku hancur lebur. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri sembari menganalisis keadaan.

Hari Minggu itu kuhabiskan di rumah bercengkrama dengan Aisha anakku dan istriku tersayang. Tawa Aisha yang lepas membuatku sedikit bersemangat. Seolah-olah anakku yang baru punya gigi tiga pasang itu bergumam kepadaku, “Don't worry about a thing, 'Cause every little thing gonna be alright”, persis seperti alunan suara Bob Marley.

Ketika istriku memasak di dapur Aku kebagian menemani Aisha bermain ditengah perasaanku masih galau seputar mimpiku yang belum tercapai itu. Aisha usianya hampir genap delapan bulan. Dan dia tengah asyik-asyiknya belajar berdiri. Hari itu dia beberapa kali mencoba berdiri dengan kaki yang masih belum  terlalu kokoh. Sesekali dia hampir jatuh tapi dengan menjaga keseimbangan dia berhasil tetap tegak. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ada sebuah kaleng roti. Dia ingin menjangkau kaleng itu. Tapi tidak berhasil. Aisha pun jatuh dengan keningnya mencium lantai. Dia menangis sebentar kemudian beranjak lagi ke tempat lain dan mencoba menjangkau benda lain  lagi. Kepalanya pun terbentur lagi. Dalam pengamatanku tak dapat Aku hitung entah berapa kali dia terjatuh dan terbentur. Tapi Aisha tidak pernah berhenti mencoba apa yang dia ingin coba. Dan dia juga tidak pernah jera mencapai sesuatu yang ingin dia capai.

Aisha merupakan contoh sekaligus sumber motivasi yang hebat bagiku. Ada banyak pelajaran yang dapat aku ambil darinya bahwa tidak ada yang namanya kegagalan. Ketika terjatuh, menangislah seperti Aisha. Tapi jangan berlama-lama. Air mata harus cepat kering dan perjuangan mesti terus dilanjutkan. Tak kusangka pelajaran yang amat berharga ini, yang esensinya sudah hampir hilang dari hidupku, aku dapatkan kembali dari anakku yang belum bisa berbicara itu.

Harus aku akui jika kegagalan mendapatkan beasiswa S3 Australia Awards amat membekas di hatiku. Meski demikian, cerita pahit ini juga memberikan hikmah yang besar. Karena upayaku belum berhasil Aku menjadi bisa melihat diriku bukan dari kacamata diriku. Barangkali selama ini, dan mungkin itu tercermin di essay beasiswa yang aku tulis, aku terlalu percaya diri. Terlalu menganggap diriku besar dengan semua yang aku capai selama ini. Mungkin Aku terlalu yakin jika beasiswa S3 akan Aku dapatkan dengan mudah karena Aku, tentu saja menurut pendapatku sendiri, sudah pantas mendapatkannya sebab Aku adalah too good to be rejected. Setidaknya Aku sudah membuktikannya dengan meraih beberapa beasiswa di masa lalu. Ah, terlalu pede-nya diriku...

Kegagalan ini tiba-tiba mengecutkan semangatku dengan menampilkan gambar menakutkan bagi masa depanku. Aku menjadi memikirkan hal-hal yang tidak perlu yang berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang banyak di antaranya negatif. Tapi aku bertekad melawan semua itu. Aku harus kuat. Aku harus memofuskan pikiran kepada kemungkinan-kemungkinan positif. Satu pintu yang tertutup tidak berarti tidak ada lagi pintu yang terbuka. Masih banyak pintu-pintu lain yang bisa aku ketuk dan masuki. Kalaupun semua pintu itu tidak terbuka untukku bukanlah berarti itu akhir dari hidupku. Teka teki kehidupan penuh kejutan yang tentu saja punya kabar baik. Yang paling penting bagi diriku adalah terus berusaha memperbaiki diri agar bisa menjadi pribadi yang berkualitas. Dengan semua usaha itu Aku yakin Allah akan memberikan masa depan  yang terbaik.

Kegagalan ini membuatku menyadari banyak hal yang tak pernah terpikirkan selama ini. Dan Aku sudah bertekad untuk memperbaiki keadaan demi mencapai impianku. Aku harus ‘melupakan’ kejayaan di masa lalu dan memulai segala sesuatunya dari nol. Aku harus memperbaiki cara pandangku terhadap diriku, lebih-lebih terhadap apa yang sudah Aku capai selama ini. Aku harus menempatkan kakiku kembali ke tanah seperti tahun-tahun terdahulu ketika Aku belum pernah mencapai impian-impianku. Aku harus mengembalikan mentalku yang dulu yang selalu ingin berjuang di tengah keraguan. Aku harus menurunkan egoku yang kadang melihat diriku terlalu besar dan penting. Aku harus meresapi pesan-pesan motivasi yang Aku sampaikan kepada orang-orang bahwa kegagalan itu adalah bagian dari keberhasilan. Aku harus menjadi seorang Beni yang baru dengan semangat Beni yang dulu.

Hari ini aku tegaskan bahwa Aku tidak akan menangis pilu karena kegagalan ini. Aku akan terus berjuang karena Aku yakin my time will come!

CBM B22
June 30, 2019
8.09 am

Comments