Kepada para pemimpin muslim di seluruh penjuru dunia,
Bapak-bapak sekalian, barangkali kabar duka
dari Aleppo telah sampai ke telinga bapak-bapak semua; tentang hujan rudal di
langit Aleppo, tentang mereka yang terusir dari rumah-rumah mereka, tentang
nyawa yang terenggut dengan mudahnya, tentang ayah yang kehilangan anak dan
istri, tentang ibu yang kehilangan buah hati, tentang anak-anak yatim, dan
tentang mimpi yang pupus.
Kabar duka dari Aleppo ini, sebagaimana
yang telah bapak-bapak ketahui, bukanlah kabar burung. Bukan juga sebuah
penggalan cerita dari sebuah buku dongeng. Ini adalah kabar nyata. Telah
berlangsung selama lebih kurang enam tahun.[1]
Mereka yang ada disana betul-betul bertarung setiap menit mempertahankan nyawa
mereka. Tidur mereka tidak nyenyak sebab bom bisa jatuh ke atas kepala mereka
kapan saja. Bahkan di tengah malam sekalipun. Makan mereka pun tidak nikmat
sebab suasana perang telah melumpuhkan perekonomian. Pedagang tidak lagi dapat
menjual barang-barangnya karena tokonya sudah menjadi puing-puing. Para petani
kehilangan ladang. Guru-guru kehilangan gedung sekolah. Dan para dokter telah
banyak yang tidak punya rumah sakit lagi. Kondisi ini membuat warga Aleppo
makan seadanya dengan lauk pauk ala kadarnya.
Bapak-bapak pemimpin muslim sekalian, bila
kita melihat peta, letak negara Syria tidaklah jauh dari negara-negara yang
memiliki penduduk mayoritas muslim. Hanya ‘sepelemparan batu’ saja. Bahkan
boleh dibilang Syria berada di tengah-tengah negara itu. Di utara ada Turki, di
timur ada Iraq, di selatan ada Jordania, dan di barat ada Lebanon. Perlu di
ingat Syria juga masih mempunyai tetangga yang tidak begitu jauh seperti Mesir,
Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Iran. Negara-negara yang kami sebutkan
disini adalah negara-negara yang berada di bawah kepemimpinan bapak-bapak
sekalian. Bapak-bapak semuanya adalah orang nomor satu di masing-masing negara
itu. Di tangan bapak ada kekuasaan yang tidak dimiliki oleh banyak manusia di
planet bumi. Instruksi bapak untuk menamatkan cerita pilu di Aleppo tentu saja
akan memberikan dampak signifikan dibandingkan dengan perintah siapapun di bumi
ini.
Bapak-bapak pemimpin muslim sekalian,
rakyat Syria menanti uluran tangan bapak-bapak siang malam. Mereka tidak sanggup
lagi hidup dalam kecemasan. Air mata mereka sudah kering untuk menangis. Harta
mereka sudah habis menjadi abu. Sanak family sudah banyak menghadap yang kuasa
oleh sebab tertembus peluru atau dihantam bom. Kepada bapak-bapaklah harapan
mereka tertumpu. Mereka tidak tau lagi kemana harus mengadu selain kepada bapak
sekalian, saudara seiman mereka. Percayalah pak, saudara-saudara kita di Syria
mendambakan suasana rumah yang damai tenteram sebagaimana kondisi rumah-rumah
kediaman bapak. Mereka juga ingin memiliki keluarga yang utuh seperti keluarga
bapak. Dan mereka juga mendambakan hidup yang layak sama seperti keinginan
bapak.
Bapak-bapak pemimpin muslim sekalian,
sebelum kami mengakhiri surat ini, izinkan kami mengingatkan bapak tentang
sebuah sabda Nabi Muhammad SAW bahwa muslim itu beliau ibaratkan satu tubuh.
Satu saja anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain juga akan
merasakan rasa sakit itu. Rasa sakit rakyat Syria sudah selayaknya bapak
rasakan juga. Untuk itu bapak-bapak sekalian mesti berhenti menjadi penonton.
Bantuan dalam bentuk apa saja harus segera bapak-bapak kirimkan kepada saudara
kita di Syria agar tidak ada lagi kabar duka tentang mereka yang sampai ke
telinga kita. Kalaulah atas dasar persaudaraan sesama muslim belum cukup untuk
menggerakkan hati bapak-bapak sekalian, maka tidak ada salahnya bila
bapak-bapak memberikan bantuan atas alasan kemanusiaan. Sebab mereka yang di
Syria adalah manusia juga sama seperti kita. Mereka juga punya mimpi sama
seperti bapak.
Comments
Post a Comment