Yes hari ini weekend! Bebas kerja dan bisa melakukan
banyak hal! Untuk mengisi weekend kali ini saya dan tiga orang teman lainnya
yaitu Sigit dari Banjarmasin, Jasmal dari Maluku Utara, dan Yani dari Sumbawa
telah merencanakan rute petualangan. Pertama-tama kami akan ‘hunting’
barang-barang bekas di King Street, kemudian mondar-mandir di Paddy’s Market
sebelum menuju Sydney Harbour untuk menikmati sunset di dekat Opera House.
Sebelum menuju pasar rombeng di King Street saya
sebenarnya sudah memasang target pribadi. Target saya tidak muluk-muluk, hanya
berharap menemukan sepatu saja sebagai pengganti sepatu Airwalk saya yang sudah
mulai uzur. ‘siapa tahu saya bisa dapat sepatu bekas dengan harga murah’ harap
saya dalam hati.
Untuk mencapai King Street kami harus naik kereta
dari stasiun Redfern ke Newtown yang tidak seberapa jauh. Dengan wajah yang
berseri-seri kami menunggu kereta di stasiun. Maklum masing-masing kami
memiliki target tersendiri walaupun tidak kami kemukakan. Tak berapa lama
menunggu akhirnya sebuah kereta parkir di depan kami. Tanpa pikir panjang kami
langsung melangkahkan kaki ke dalam.
Belum lama kami terlena oleh keempukan kursi kereta,
mata kami terbelalak tatkala melihat tulisan jurusan kereta di depan kami. Kereta
yang sedang kami naiki bukan kereta ke Newtown ternyata! Kami segera berhenti
di stasiun pertama dan langsung naik kereta lain yang langsung ke Newtown.
Sesampai di stasiun Newtown kami langsung berjalan
ke King Street untuk menuaikan misi. Belum jauh kami berjalan kami sudah bisa
menemukan kerumunan orang yang kelihatan sibuk di sekitar tenda-tenda. Ternyata
orang-orang itu sedang memilih barang-barang bekas yang bisa dibawa pulang. Tanpa
pikir panjang kami langsung menuju TKP. Saya melangkah menuju tenda-tenda yang
menjual pakaian dan sepatu. Disana saya konsentrasikan mata saya ke setiap
sudut untuk mencari sepatu dambaan. Setelah mengarahkan bola mata kesana kemari
saya menemukan sepatu yang sepetinya ‘pantas’ menggeser posisi sepatu tua saya.
Saya arahkan telunjuk ke sepatu tersebut sambil menanyakan harganya. ‘45 dolar’
jawab penjual itu tanpa berdosa. ‘What?’
Bentak saya dalam hati. ‘Sepatu bekas harganya 500 ribu rupiah? Mendingan
saya beli sepatu baru di Indonesia’ kutuk saya.
Sepasang kekasih sedang berjalan menuju pasar rombeng di King Street |
Sudut lain dari pasar rombeng ini |
Demi meminimalisir kutukan kami putuskan untuk
melanjutkan petualangan. Kami kembali ke stasiun kereta Newtown menuju stasiun
Central. Dari sana kami akan jalan kaki ke Paddy’s Market. Di Paddy’s Yani dan
Sigit terpaksa membeli jaket karena tidak sanggup lagi menahan dinginnya udara
Sydney. Sewaktu membeli jaket inilah kami menyadari bahwa orang Indonesia itu
memang patut diperhitungkan. Betapa tidak, komplek pasar yang notabene bukan Tanah
Abang ini terdapat beberapa orang Indonesia yang jualan. Ada yang berasala dari
Jakarta, Surabaya, bahkan Kalimantan. Indonesia memang bangsa yang besar!
Masing-masing kami sudah menenteng satu kilo
buah-buahan yang kami beli di Paddy’s untuk dibawa ke Opera House. Nantinya
kami akan duduk manis ditangga Opera House sambil makan buah-buah segar yang
kami bawa. Saya membawa jeruk, Sigit dan Jasmal membawa apel, seadangkan Yani
membawa anggur.
Matahari sudah mulai memerah disisi Harbour Bridge. Angin
pun berhembus kian kencang. Perlahan Opera House diselimuti kegelapan pertanda siang
sudah kembali ke pelukan sang malam. Dengan buah-buahan yang tinggal separo
kami melangkah pulang. Tangga Opera House menjadi saksi bisu betapa indahnya
sore yang kami lalui hari ini.
Comments
Post a Comment