Tak terasa sudah tiga hari mondar-mandir di kampung
Bule’, Sydney. Tiga hari disini setidaknya telah membuat saya dan teman-teman
sedikit terbiasa dengan pola hidup masyarakat Sydney. Jika di awal kedatangan
kami enggan menggunakan tisu saat selesai buang hajat, sekarang sudah mulai
berdamai. Atau jika di hari pertama lutut kami terasa copot karena harus jalan kaki setiap kali ingin bepergian,
sekarang ayunan langkah pun sudah mulai stabil. Ya beginilah kota Sydney.
Walaupun besar tapi tidak punya ojek dan angkot seperti di Indonesia. Ini tugas
pembaca nih untuk membuka bisnis angkot dan ojek di Sydney. Siapa tahu mujur.
Di hari ke tiga ini kami berkunjung ke salah satu
departemen penting di Australia, yaitu Department of Foreign Affairs and Trade
(DFAT) atau departemen perdagangan dan hubungan luar negeri-nya Australia.
Disana kami sudah ditunggu oleh Direktur DFAT, Ms. Virginia Greville dan
beberapa orang-orang penting lainnya. Keren kan?
Kami menyebut kunjungan seperti hari ini dengan
sebutan ‘Courtesy Call’ atau bisa diartikan dengan kunjungan kehormatan.
Dilihat dari namanya kami memang menjadi tamu terhormat hari ini, jauh lebih
terhormat dari anggota dewan yang (katanya) terhormat.
Sebelum berangkat ke pertemuan penting ini, kami
semua sepakat untuk memakai baju batik yang seragam. Alasannya adalah supaya
kami memiliki keserasian dan keserasan. Yang lebih penting lagi agar
masing-masing kami memiliki kadar aura yang sama karena kami sangat menjunjung
tinggi equality atau kesamarataan.
Kami membicarakan banyak hal di pertemuan tadi.
Mulai dari politik, ekonomi, budaya, sampai ke Danau Ranau di Sumatera Selatan.
Pokonya semua topic kami libas habis walaupun kadang-kadang ngawur.
Pertemuan meja bundar yang berjalan sekitar satu jam
itu kami ikuti dengan sangat khusyuk dan berwibawa. Cara duduk kami tegap
dengan senyuman yang selalu mekar. Tangan kami selalu stand by diatas meja atau
pangkuan. Mata aktif walaupun sayu karena serangan kantuk yang amat
dahsyat. Pokoknya kami praktekkan semua ilmu duduk yang diajarkan oleh kakak-kakak
senior sewaktu Pre Departure Training (PDT) beberapa hari yang lalu.
Pemberian Kenang-kenangan kepada Pimpinan DFAT |
Foto Bersama |
Setelah satu jam yang dipenuhi rasa kantuk luar
biasa berlalu, kami bersiap melakukan kegiatan berikutnya. Kegiatan yang satu
ini sangat dinanti-nanti oleh setiap kepala di grup saya. Karena kegiatan
inilah rasa kantuk kami terusir secara otomatis. Mau tau apa kegiatannya?
Keliling Sydney Harbour!
Sydney Harbour adalah suatu area tepi laut dimana
Sydney Bridge dan Opera House berada. Letaknya tidak jauh dari gedung DFAT yang
baru saja kami kunjungi. Kira-kira 10 menit berjalan kaki kita sudah bisa
jebret-jebret.
Angin berhembus sedikit kencang ketika mata kami hendak
sampai ke tepi laut. Dari sana kami sudah bisa melihat Sydney Bridge yang
berdiri dengan gagahnya. Sinar matahari yang terik membuat jembatan ini semakin
jelas terlihat kekokohannya. Tidak menunggu lama, kami masing-masing
mengeluarkan kamera dan sibuk jebret-jebret. Ada yang langsung membuat kontrak
pemotretan dengan seorang teman pilihannya. Kontrak itu adalah jika yang
satunya ingin berfoto, yang lain harus bersedia menjadi fotografernya. Jika
sudah selesai, giliran yang motret tadi di depan kamera dan difoto. Begitulah
seterusnya sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Ini dia Sydney Bridge! |
Disini juga ada 'pengamen' |
No komen deh. |
Setelah bosan berpotret-potret ria dengan latar
belakang Sydney Bridge, kami berjalan menuju target selanjutnya, yaitu Opera
House. Kalo saya sih menyebutnya rumah siput karena arsitekturnya mirip siput. Semakin
dekat kami ke Opera House semakin banyak foto yang dihasilkan. Walaupun
terkadang terkesan ndeso (yang mana hal ini dapat diidentifikasi dari reaksi
kami yang heboh dan kadang mengundang tawa orang sekitar), kami tidak peduli
mengingat ke-18 kami adalah orang-orang penting yang baru saja selesai mewakili
Indonesia dalam pertemuan kenegaraan resmi dengan Australia.
Kami mengelilingi Opera House satu putaran sebelum
mengarah ke dermaga untuk berkeliling Sydney Harbour menggunakan kapal ferry.
Di kapal ini kami bisa lebih leluasa melihat keunikan arsitektur Sydney Bridge
dan Opera House dari berbagai sudut. Ferry kami berangkat melewati Opera House
menuju suatu pemukiman tepi pantai super mahal dan mewah bernama Manly. Disana
terdapat satu pantai yang cukup terkenal di Sydney, Manly Beach namanya.
Sibuk nih. |
Rileks dulu. |
Penampakan Opera House dari dekat. |
Sydney Bridge dan Opera House dari tengah laut. |
Pemandangan yang spektakuler. |
Di pantai Manly inilah kami harus menahan iman
sebagai seorang lelaki sejati. Bagaimana tidak, pemandangan yang selama ini
biasanya hanya dilihat di depan layar, kini tersuguh tak bersekat di depan
mata. Benar-benar cobaan yang amat sangat berat bagi kami semua. Tapi Alhamdulillah,
kami bisa mengatasi cobaan ini dengan sukses hingga kembali lagi ke tempat
penginapan kami, YHA. Bersambung…
Comments
Post a Comment