Minuman Soda Seharga AUD 140




Hari ini merupakan kali kedua kami ‘manggung’ di negeri kangguru. Bertempat di Macarthur Anglican School, sebuah sekolah yang berada lebih kurang satu jam perjalanan darat dari kota Sydney, kami sukses membuat audien terpana. Kami bisa melihat jeklas decak kagum mereka akan kelihaian kami dalam menari. 
Macarthur Anglican School boleh dikatakan sekolah yang cukup terpencil karena tidak banyak rumah penduduk disekitar sekolah ini. Meskipun demikian pemandangan dari sekolah yang bermoto ‘enter to learn get out to serve’ ini patut diacungi jempol. Terdapat lapangan luas disamping sekolah untuk berlatih berkuda. Perbukitan yang jauh disana pun bisa terlihat. Hembusan angin dari alam di sekitar sekolah ini benar-benar menyegarkan. 

Kami tiba di Macarthur Anglican School lebih kurang jam 10.30 pagi setelah sebelumnya kami berangkat dari stasiun Central. Sesampai di sekolah, kami disambut dengan hangat oleh salah satu guru yang pandai sekali berbahasa Indonesia. Dengan senyum yang ramah ibu guru ini menyilakan kami masuk ke suatu ruangan. Dalam ruangan yang tak begitu besar itu sudah tersedia beberapa kue dan makanan ringan untuk sekedar penahan lapar. Sepertinya pihak sekolah tahu benar kalau kami suka makan.

Tak berapa lama menikmati hidangan, kami langsung berjalan menuju ke sebuah kelas. ruang kelasnya tak begitu besar. Cukup lah untuk menampung sekitar 25 orang siswa. Dinding kelas tersebut dipenuhi oleh poster-poster yang berhubungan dengan Indonesia. Poster-posternya pun beragam. Ada gambar orang berpakaian adat minang. Lompat batu di Nias. Bahkan poster iklan Honda Karisma pun ada. Di halaman kelas terdapat pondokan khas Bali yang bisa digunakan untuk rapat lesehan atau sekedar bersantai. Singkatnya suasana kelasnya Indonesia sekali.

Di kelas tersebut telah duduk beberapa murid SMP dan SMA yang sepertinya memang menunggu kedatangan kami. Dengan senyum yang sumringah kami memasuki ruangan dan memperkenalkan diri masing-masing. Tak lupa kami menyapa para siswa dalam Bahasa Indonesia yang mana kami mendapatkan respon yang sangat antusias. Sebagai ice breaker sebelum diskusi singkat tentang Indonesia, kami mengajak para siswa untuk bermain permainan tradisional Indonesia, Ular Naga. Permainan yang hanya berlangsung sekitar lima menit ini telah berhasil merebut hati mereka. Hal ini terlihat jelas dari wajah ceria mereka sewaktu bernain.

Sebagaimana agenda kunjungan ke sekolah sebelumnya, di perhelatan kali ini kami juga melakukan ‘dressing up’ kepada para siswa. Dressing up adalah pengenakan baju adat yang kami bawa masing-masing kepada para siswa. Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan budaya Indonesia kepada anak-anak tesebut sehingga nantinya mereka bisa lebih mengenal pakaian-pakaian adat yang berasal dari daerah yang berbeda di Indonesia. 

Setelah dressing up selesai kami besiap-siap untuk melakukan inti acara dari kunjungan kami, yaitu culture performance. Pada culture performance kali ini kami membawakan beberapa tarian yang popular dari Indonesia seperti Tari Saman dan Tari Bali. 

Tepat pukul tiga sore kami bersiap-siap memasuki bus untuk kembali ke kota Sydney dengan wajah yang berseri-seri. Perjalanan pulang berlangsung menyenangkan. Euforia manggung di Macarthur Anglican School masih terasa begitu dahsyat di setiap sanubari kami. Mood ceria kami seketika berubah tatkala sampai ke stasiun Central. Tanpa kami sadari kami telah menumpahkan dua kaleng minuman soda ke dalam bus yang kami naiki. Walaupun sudah agak kering tapi tetap saja berbekas. Mengetahui hal ini si supir bus langsung meminta ‘uang denda’ sebesar AUD 70 per kaleng. Karena ada dua kaleng yang tertumpah berarti kami harus membayar AUD 140! Bukan jumlah uang yang sedikit memang. Apalagi jika dihitung dalam rupiah. Untung saja coordinator kami, Ibu Sylvia, bersama kami. Jika tidak dengan sangat terpaksa kami ‘patungan’ untuk membayar sejumlah uang yang diminta oleh pak supir tersebut.

Comments

  1. terimakasih banyak informasinya mas admin, semoga sukses selalu. Salam.

    ReplyDelete

Post a Comment