Jerat Hari ke Empat


Hai pembaca semua apa kabar? Masih semangat untuk membaca postingan saya? Pasti semangat dong ya. Kali ini saya ingin bercerita tentang hari ke empat saya di Sydney.
Sepanjang hari ini kami hanya di ruangan saja mendengarkan beberapa materi. Tapi, disela-sela penyekapan, kami juga dikunjungi oleh beberapa orang penting. Nah loe, spesial kan kami? Hehe…

Baiklah, mari kita mulai saja. Di pagi hari kami diwawancara oleh salah satu coordinator AIYEP satu persatu tentang tempat tinggal (homestay) dan pekerjaan kami untuk minggu depan. Hasil wawancaranya bervariasi. Ada yang tinggal jauh dari pusat kota Sydney, namun ada juga yang hanya 10 menit perjalanan naik kereta. Tempat kerja pun beragam. Ada yang di sekolah, radio, sampai di tempat yang paling keren, zoo. Peserta yang kebagian kerja di kebun binatang ini tidak lain adalah saya sendiri. Betapa senangya hatiku saat mengetahui kenyataan ini (apaan sih? haha). 



View dari Taronga Zoo
Setelah selesai diinterogasi, kami menuju kafe untuk makan siang. Nah, makan siang kali ini sedikit spesial dari yang sebelum-sebelumnya. Kali ini kami akan mendapatkan makanan sesuai dengan yang kami request sehari sebelumnya. Waktu itu kami diberikan selembar kertas yang dipenuhi dengan daftar makanan. Petakanya adalah, lembaran tersebut hanya berisi nama makanan saja tanpa disertai dengan gambarnya. Jadi kami meraba-raba saja dalam memilih makanan yang kami inginkan. Syukur-syukur makanan yang kami pilih tidak hanya namanya saja yang keren tetapi yang paling penting juga bersahabat dengan perut. Maklum dari kecil sudah terbiasa dengan sambal terasi.

Satu persatu dari kami bergiliran mendapatkan makanan. Si Danti, seorang wanita cantik dari Samarinda tanpa pikir panjang mulai menyantap pesanannya. Tempo hari dia memesan makanan yang bernama Lasagna. Dari namanya sudah ketahuan kalau makanan ini bukan berasal dari Madura atau Tapanuli. Saya juga tidak tahu persis dari mana asalnya. Yang jelas Danti terlihat sangat menikmati santap siangya. 

Lasagna
Lain Danti, lain pula Jasmal. Pria pendiam yang berasal dari Utara Pulau Halmahera ini nampaknya menjadi korban dari kertas daftar makanan tak bergambar tempo hari. Entah apa yang ada dibenaknya waktu itu sehingga ia begitu tersiksa hari ini. Di depannya sudah terhidang sepiring sayuran yang dalam keadaan tanpa embel-embel apapun. Dari kejauhan saya bisa menebak kalau dia memilih ‘salad’ tempo hari. Baru sesuap dua, Jasmal sudah menyerah. Dia kelihatan sangat terkejut dan syok. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak melanjutkan makan siangnya. Kasihan temanku yang satu ini.

Salad
Selesai makan siang, kami segera kembali menuju ruangan. Keadaan kampung tengah kami pun beragam. Bagi yang mendapatkan makanan sesuai selera, jalannya agak cepat dan bersemangat. Lain halnya dengan yang salah pilih menu. Mereka berjalan sedikit gontai tak terarah karena membawa perut kosong yang menyiksa. 

Di kelas, kami dihujani materi tentang media dari salah satu petinggi ABC (Australia Broadcasting Channel) dan tentang AIYEP (Australia-Indonesia Youth Exchange Program) dari beberapa alumni yang berasal dari Australia. 

Sesaat sebelum materi dimulai, kami disuguhi oleh pemandangan langit yang tak biasa. Kondisi langit siang ini sedikit mendung dengan gumpalan awan berwarna kemerah-merahan. Awalnya kami terheran-heran ketika melihat fenomena alam ini. Setelah bertanya kepada Deane, coordinator kami, ternyata gumpalan awan merah tersebut berasal dari kebakaran hutan yang berlangsung tidak jauh dari kota Sydney. Kebakaran hutan memang menjadi momok tersendiri bagi Australia di waktu musim panas. Oke, sekian dulu untuk hari ini. Tunggu sambungan berikutnya. 




Comments