Pernahkah anda menyadari bahwa anda terkadang lebih besar
dari apa yang anda pikirkan? Seringkali kita menganggap kecil diri kita dalam
beberapa hal. Padahal jika saja kita lebih mengeksplor kedalam, ternyata diri
kita memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Saya sendiri membuktikannya hari
ini.
Hari ini Universitas Sydney menjadi saksi bisu dari
keberhasilan saya mengalahkan rasa pesimis yang selama ini merajai hati.
Bertahun-tahun saya menghakimi diri tidak berbakat dalam menari. Bahkan untuk
belajar pun saya anggap mustahil mengingat pemahaman saya tentang menari adalah
sang penari haruslah memiliki tubuh yang lentur. Realita ini bertolak belakang
dengan struktur tubuh saya yang kaku dan sama sekali tidak gemulai.
Tidak salah memang apa yang disampaikan oleh Bang Ahmad
Fuadi dalam novel Negeri Lima Menara. Dalam novel inspiratif tersebut dia
menulis pepatah arab yang berbunyi “Man jadda wa jada” artinya lebih kurang
“barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat”
Doping Man jadda wajada ini memberikan tenaga ekstra sewaktu
saya menjalani Pre Departure Training (semacam pelatihan sebelum keberangkatan
ke suatu tempat/negara) selama 10 hari di Jakarta. Saat itu saya bertekad untuk
menguasai beberapa tarian yang diajarkan. Tidak mudah memang. Apalagi mengingat
saya hanya terbiasa belajar menggunakan otak kiri yang membuat belajar menari menjadi tantangan tersendiri.
Hal ini dikarenakan dalam menari otak kanan cenderung lebih aktif dibandingkan
otak kiri. Dalam menari saya harus menyelaraskan gerakan dengan nada dan irama
music pengiring tarian. Berhari-hari saya tidak bisa menemukan ‘feeling’
tersebut. Tetapi saya tidak menyerah. Saya yakin saya pasti bisa lebih meresapi
music yang dimainkan dan menerjemahkannya ke dalam gerakan tubuh saya.
Hasilnya? Saya sukses dan hari ini saya menari bersama teman-teman Aiyep yang
lainnya di depan beberapa mahasiswa universitas Sydney dan siswi SMP dari Monte Sant Angelo College.
Bertempat di the University of Sydney, Kami membawakan
Tarian Indang dari Sumatera Barat, Saman dari Aceh, dan dansa Ola Ola dari
Maluku. Pertunjukan tari kami berlangsung sekitar tiga puluh menit. Dalam kurun
waktu setengah jam tersebut kami benar-benar menjadi bintang sehari.
Sedikit highlight tentang kegiatan hari ini yaitu, sebelum
pertunjukan tari kami terlebih dahulu mengadakan diskusi ringan dengan
siswi-siswi SMP dari Monte Sant Angelo College. Dalam diskusi tersebut kami
membicarakan tentang kehidupan sehari-hari di Indonesia, olahraga, budaya dan
pariwisata.
Satu hal yang menarik perhatian saya dalam diskusi singkat
tadi, siswi-siswi SMP tersebut sangat aktif dan percaya diri. Mereka sama
sekali tidak takut untuk bertanya atau mengeluarkan apa yang ada di benak
mereka. Hal ini saya rasa sedikit berbeda dengan sebagian besar siswa-siswa
yang ada di Indonesia yang mana mereka biasanya malu dalam mengutarakan
pemikirannya.
Sebelum rangkaian acara selesai, kami mengajak para audien
untuk mencoba memakai pakaian tradisional Indonesia yang kami bawa. Mereka pun
sangat antusias untuk mencobanya. Ternyata pakaian-pakaian tradisional kita
sangat pas saat dikenakkan kepada orang kulit putih. Saya semakin bangga
menjadi anak Indonesia.
Sekian dulu untuk hari ini. Nantikan cerita-cerita
selanjutnya dari negeri kangguru ini.
Comments
Post a Comment