Catatan ringan di hari ke delapan

Pernahkah anda menyadari bahwa anda terkadang lebih besar dari apa yang anda pikirkan? Seringkali kita menganggap kecil diri kita dalam beberapa hal. Padahal jika saja kita lebih mengeksplor kedalam, ternyata diri kita memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Saya sendiri membuktikannya hari ini.


 
Hari ini Universitas Sydney menjadi saksi bisu dari keberhasilan saya mengalahkan rasa pesimis yang selama ini merajai hati. Bertahun-tahun saya menghakimi diri tidak berbakat dalam menari. Bahkan untuk belajar pun saya anggap mustahil mengingat pemahaman saya tentang menari adalah sang penari haruslah memiliki tubuh yang lentur. Realita ini bertolak belakang dengan struktur tubuh saya yang kaku dan sama sekali tidak gemulai.

Tidak salah memang apa yang disampaikan oleh Bang Ahmad Fuadi dalam novel Negeri Lima Menara. Dalam novel inspiratif tersebut dia menulis pepatah arab yang berbunyi “Man jadda wa jada” artinya lebih kurang “barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan dapat”

Doping Man jadda wajada ini memberikan tenaga ekstra sewaktu saya menjalani Pre Departure Training (semacam pelatihan sebelum keberangkatan ke suatu tempat/negara) selama 10 hari di Jakarta. Saat itu saya bertekad untuk menguasai beberapa tarian yang diajarkan. Tidak mudah memang. Apalagi mengingat saya hanya terbiasa belajar menggunakan otak kiri yang membuat  belajar menari menjadi tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan dalam menari otak kanan cenderung lebih aktif dibandingkan otak kiri. Dalam menari saya harus menyelaraskan gerakan dengan nada dan irama music pengiring tarian. Berhari-hari saya tidak bisa menemukan ‘feeling’ tersebut. Tetapi saya tidak menyerah. Saya yakin saya pasti bisa lebih meresapi music yang dimainkan dan menerjemahkannya ke dalam gerakan tubuh saya. Hasilnya? Saya sukses dan hari ini saya menari bersama teman-teman Aiyep yang lainnya di depan beberapa mahasiswa universitas Sydney dan siswi  SMP dari Monte Sant Angelo College. 

Bertempat di the University of Sydney, Kami membawakan Tarian Indang dari Sumatera Barat, Saman dari Aceh, dan dansa Ola Ola dari Maluku. Pertunjukan tari kami berlangsung sekitar tiga puluh menit. Dalam kurun waktu setengah jam tersebut kami benar-benar menjadi bintang sehari.  

Sedikit highlight tentang kegiatan hari ini yaitu, sebelum pertunjukan tari kami terlebih dahulu mengadakan diskusi ringan dengan siswi-siswi SMP dari Monte Sant Angelo College. Dalam diskusi tersebut kami membicarakan tentang kehidupan sehari-hari di Indonesia, olahraga, budaya dan pariwisata. 

Satu hal yang menarik perhatian saya dalam diskusi singkat tadi, siswi-siswi SMP tersebut sangat aktif dan percaya diri. Mereka sama sekali tidak takut untuk bertanya atau mengeluarkan apa yang ada di benak mereka. Hal ini saya rasa sedikit berbeda dengan sebagian besar siswa-siswa yang ada di Indonesia yang mana mereka biasanya malu dalam mengutarakan pemikirannya. 

Sebelum rangkaian acara selesai, kami mengajak para audien untuk mencoba memakai pakaian tradisional Indonesia yang kami bawa. Mereka pun sangat antusias untuk mencobanya. Ternyata pakaian-pakaian tradisional kita sangat pas saat dikenakkan kepada orang kulit putih. Saya semakin bangga menjadi anak Indonesia.
Sekian dulu untuk hari ini. Nantikan cerita-cerita selanjutnya dari negeri kangguru ini. 



 

Comments